Hermawan Sutanto: Menunggu BBM di iOS dan Android (Opini)

Hermawan Sutanto: Menunggu BBM di iOS dan Android (Opini)


Penulis : Nur Hasanah


Tangan orang Indonesia selalu sibuk, tangan kanan memegang BlackBerry sementara tangan kiri memegang smartphone lain. Ini menunjukkan betapa orang Indonesia mencintai BlackBerry serta aplikasi chat -nya, BlackBerry Messenger (BBM).


Orang Indonesia pun tidak mau ketinggalan tren. Bombardir iPhone dengan iOS-nya hingga Samsung dengan Android-nya "menambah" budaya ber-smartphone orang Indonesia. iPhone atau Android diburu untuk menjalankan aplikasi, browsing, dan tentu saja bergaya. Maka, banyak pemilik gadget memegang dua smartphone sekaligus, BlackBerry dan iPhone atau BlackBerry dan Android.



Hermawan Sutanto - IT Marketer


Harapan untuk hanya memiliki satu smartphone muncul setelah BlackBerry menyatakan bahwa BBM akan tersedia untuk iOS maupun Android. Sebuah berita yang membuat gembira hampir semua pemakai smartphone di Indonesia. Akan datang saatnya, di mana selain bergaya, kita bisa tetap terhubung dengan komunitas BBM yang sudah menjadi bagian hidup sehari-hari.BBM, X Factor-nya BB Tapi, tunggu dulu! Belum tentu BBM untuk iOS maupun Android akan serupa dengan WhatsApp yang digratiskan atau hanya membeli aplikasi sekali saja seperti halnya membeli game di iOS atau Android. Prediksi saya, BBM di iOS dan Android akan tetap membutuhkan model berlangganan seperti halnya Anda berlangganan BBM di smartphone BlackBerry biasa.


Ada dua hal yang menguatkan prediksi ini. Pertama, harus diakui bahwa BBM masih menjadi "X Factor" orang untuk setia berlangganan dan telah menjadi mesin pendapatan bagi BlackBerry. Jika mereka ingin menambah pendapatan untuk mendongkrak kinerja perusahaan, sangat masuk akal jika BBM di-lintas platform-kan selama pelanggan masih bersedia untuk membayar teknologi enkripsi dan kompresi mereka yang sangat efisien guna mendapatkan pengalaman chatting terbaik. Bagi RIM, skenario terbaik adalah mereka tidak perlu membuat dan mendistribusi (serta menanggung infrastruktur servis) jika mereka masih bisa mendapatkan pendapatan yang sama (atau bahkan lebih banyak) dengan memanfaatkan platform lain. Terlebih lagi, keruwetan di bisnis perangkat kerasnya diurus oleh pihak lain.


Kedua, memberikan layanan BlackBerry seperti BBM ke platform lain bukanlah hal baru. Ketika Nokia E Series booming di Indonesia, feature BlackBerry Connect (BBC) ditawarkan oleh operator GSM kita. Sayangnya, BBC waktu itu hanya memberikan layanan push e-mail tanpa feature lain. Dengan ketersediaan infrastruktur BBC, sangat masuk akal bagi BlackBerry untuk menambahkan feature BBM, bahkan feature-feature lain yang menggunakan solusi BIS atau BES yang efisien.Ancaman untuk BBM Apa risikonya? Bagi BlackBerry, selain penambahan pendapatan jangka pendek, menurut hemat saya, dalam jangka menengah hingga jangka panjang, langkah ini cukup berisiko. Saat WhatsApp, Line, bahkan Google Hangout maupun Facebook Chat mulai matang dan menemukan cara yang sama efisien - atau bahkan lebih efisien - dari BIS atau BES untuk memberikan pengalaman chatting terbaik, maka BlackBerry akan terancam.


Sangat penting bagi BlackBerry untuk tetap hadir dalam kancah smartphone dan terus berinovasi untuk tetap eksis di antara hiruk-pikuknya smartphone de-ngan sistem operasi iOS dan Android. Diferensiasi yang dibuat oleh BlackBerry dengan menghadirkan OS BlackBerry 10 patut diapresiasi. Masih banyak orang Indonesia yang terbiasa dengan layar BB dan tombol ketik BB.


Dengan memperbaiki browser, membuat interface yang lebih cantik, plus layanan BBM, BlackBerry masih memiliki pasar besar di Indonesia. Namun, saya tetap membayangkan peluang itu akan jauh lebih besar lagi jika hadir Q10 versi Android. Perangkat yang mumpuni dengan papan ketik yang solid, BBM yang responsif, dan tentunya ketersediaan beratus-ratus ribu aplikasi di BlackBerry App World. Kalaupun masih bisa membuat tambahan "wish list", tentu saja harga yang lebih ramah di kantong


CheckCloseComment

Iklan